TIGA GURU MUTU
Oleh
Widia Sri Mayanti
Zulfiana Dessyka Putri
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap
abad mengalami pergantian dan semakin majunya ilmu pengetahuan akan member
dampak banyak terhadap manusia, ini dapat kita lihat langsung pada era saat ini
kemajuan pengetahuan akan dapat memudahkan manusia untuk memperoleh segala hal
yang menajdi keinginan mereka. Pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan sangat
diperlukan, karena tanpa ilmu hal mustahil pekerjaan dapat dikerjakan dengan
baik, terutama bagi pelaksana atau pemegang kebijakan.
Kontribusi
pendapat para cendekiawan tentang manajeman mutu sangat bermanfaat untuk
kemajuan institusi atau lembaga, terutama bagi pengelola yang berhubungan
dengan kepentingan pelanggan. Banyak hal yang yang dapat diperoleh dari
pendapat para akhli dan dapat diterapkan dalam pengelolaan institusi atau
lembaga pendidikan.
Untuk
keberhasilan penerapan manajemen mutu tidak mudah, diperlukan komitmen dan
kerja sama yang baik antar bagian dari sistem. Jika manajemen diterapkan sesuai
dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika dan fleksibilitasnya, maka
akan menjadi perubahan yang cukup efektif bagi pengembangan dan peningkatan
mutu pendidikan.
Tercapainya
tujuan pendidikan pada masing-masing jenjang sekolah dapat dilihat dari mutu
lulusan, yang mencerminkan sejauh mana lulusan sekolah tersebut memiliki
kompetensi keagamaan, akademik, sosial pribadi, dan ekonomi. Mutu lulusan dapat
dicapai apabila komponen masukan, komponen proses, yang terlibat pada seluruh
layanan yang dilakukan sekolah juga bermutu.
Berikut
ini saya mencoba menyimpulkan pendapat tokoh manajemen mutu W. Edwards
Deming, Joseph Juran Philip Crosby, dan implementainya kedalam pendidikan sebagai tugas mata kuliah Manajemen Mutu.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari penjelasan latar belakang
diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dari karya tulis ini adalah yakni “
bagaimana mutu menurut W. Edwards Deming, Joseph Juran Philip Crosby serta
implementasi konsep dari ketiga tokoh tersebut didalam pendidikan”.
BAB II
ISI
2.1 Mutu
Sebelum kita simpulkan pengertian
mutu kita analisis mutu menurut tiga tokoh mutu yaitu W Edwards Deming, Joseph
Juran dan Philip Crosby, Menurut W Edward Deming, Mutu ialah
kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah
perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan
kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen
merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa
barang maupun jasa.
Menurut Jhosep Juran, Mutu ialah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu
(1) teknologi, yaitu kekuatan
(2) psikologis, yaitu rasa atau status
(3) waktu, yaitu kehandalan
(4) kontraktual, yaitu ada jaminan
(5) etika, yaitu sopan santun
Menurut Philip B Crosby, Mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Dari ketiga tokoh ini dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya mutu itu suatu kebutuhan konsumen terhadap kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu barang yang di butuhkan atau mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.
Dalam kontek pendidikan, pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada peroses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam peroses pendidikan yang bemrutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar ( kognitif, afektif dan piskomotorik ) metodologi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya. Sedangkan Mutu dalam kontek hasil pendidikan mengacu pada perestasi kebaikan yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun tertentu.
2.2 Gagasan Serta Implementasi Konsep 3 Guru Mutu
Tiga tokoh
penting tentang mutu adalah W. Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip B.
Crosby. Ketiganya berkonsentrasi pada mutu dalam industri produksi, meskipun
demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industri jasa. Memang tidak
satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang isu-isu mutu dalam
pendidikan. Namun kontribusi mereka terhadap gerakan mutu begitu besar dan
memang harus diakui bahwa eksplorasi mutu akan mengalami kesulitan tanpa
merujuk pada pemikiran mereka.
Karya
terpenting W. Edwards Deming, Out of the Crisis, dipublikasikan pada tahun
1982. Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada masalah manjemen.
Sementara Joseph Juran juga pelopor lain revolusi mutu Jepang. Dia juga lebih
diperhatikan di Jepang dari pada di tempat kelahirannya, Amerika. Pada tahun
1981, kaisar Jepang memberikan anugerah bergengsi, Order of the Sacred
Treasure. Juran terkenal karena keberhasilannya menciptakan "kesesuaian dengan
tujuan dan manfaat". Ia dikenal sebagai "guru" manajemen pertama
dalam menghadapi isu-isu manajemen mutu yang lebih luas. Dia yakin (sebagaiman
juga Deming) bahwa kebanyakan masalah mutu dapat dikembalikan pada masalah
keputusan manajemen.
Sedangkan Philip
Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat menarik dan sangat kuat
dalam mutu. Yang pertama adalah ide bahwa mutu itu gratis. Menurutnya, terlalu
banyak pemborosan dalam sistem saat mengupayakan peningkatan mutu. Kedua adalah
ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu – serta semua
hal yang "tidak bermutu" lainnya – bisa dihilangkan jika institusi
memiliki kemauan untuk itu. Ini adalah gagasan "tanpa cacat" (Zero
Defects)-nya yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika
diterapkan dalam dunia pendidikan.
2.2.1
W.Edward Deming
Dalam buku yang berjudul Out of the Crisis, W. Edwards Deming mengemukakan “Ini bukanlah sebuah rekonstruksi struktur atau revisi kerja … Manajemen Amerika memerlukan struktur baru secara keseluruhan, dari dasar hingga ke atas.” Deming prihatin terhadap kegagalan manajemen Amerika dalam merencanakan masa depan dan meramalkan persoalan yang belum muncul. Sehingga Deming menyimpulkan bahwa masalah mutu terletak pada masalah manajemen.
Menurut Deming ada 14 prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai suatu mutu dari produk/jasa, yaitu:
- Tumbuhkan terus menerus tekad yang kuat dan perlunya rencana jangka panjang berdasarkan visi ke depan dan inovasi baru untuk meraih mutu.
- Adopsi filosofi yang baru. Termasuk didalamnya adalah cara-cara atau metode baru dalam bekerja.
- Hentikan ketergantungan pada pengawasan jika ingin meraih mutu. Setiap orang yang terlibat karena sudah bertekat menciptakan mutu hasil produk/jasanya, ada atau tidak ada pengawasan haruslah selalu menjaga mutu kinerja masing-masing.
- Hentikan hubungan kerja yang hanya atas dasar harga. Harga harus selalu terkait dengan nilai kualitas produk atau jasa.
- Selamanya harus dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap kualitas dan produktivitas dalam setiap kegiatan.
- Lembagakan pelatihan sambil bekerja (on the job training), karena pelatihan adalah alat yang dahsyat untuk pengembangan kualitas kerja untuk semua tingkatan dalam unsure lembaga.
- Lembagakan kepemimpinan yang membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik misalnya,; membina, memfasilitasi, membantu mengatasi kendala, dll.
- Hilangkan sumber-sumber penghalang komunikasi antar bagian dan antar individu dalam lembaga.
- Hilangkan sumber-sumber yang menyebabkan orang merasa takut dalam organisasi agar mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien.
- Hilangkan slogan-slogan dan keharusan-keharusan kepada staf. Hal seperti itu biasanya hanya akan menimbulkan hubungan yang tidak baik antara atasan dan bawahan; atau lebih jauh akan menjadi penyebab rendahnya mutu dan produktivitas pada sistem organisasi; bawahan hanya bekerja sekedar memenuhi keharusan saja.Hilangkan kuota atau target-target kuantitatif belaka. Bekerja dengan menekankan pada target kuantitatif sering melupakan kualitas.
- Singkirkan penghalang yang merebut/merampas hak para pimpinan dan pelaksana untuk bangga dengan hasil kerjanya masing-masing.
- Lembagakan program pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan diri bagi semua orang dalam lembga. Setiap orang harus sadar bahwa sebagai professional harus selalu meningkatkan kemampuan dirinya, dan
- Libatkan semua orang dalam lembaga ikut dalam proses transformasi menuju peningkatan mutu.
- Ciptakan struktur yang memungkinkan semua orang bisa ikut serta dalam usaha memperbaiki mutu produk/jasa yang diusahakan.
Poin diatas merupakan intisari dari teori manajemennya, sementara ‘tujuh penyakit mematikan’, yang maksudnya adalah konsep tentang kendala bagi perbaikan mutu. Dari konsep ‘tujuh penyakit mematikan’ atau kendala-kendala corak baru manajemen yang sebagian besar didasarkan pada kultur industri Amerika, ada lima penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikan. Karena lima fakta tersebut dapat digunakan dalam menganalisa hal-hal yang mencegah munculnya pemikiran baru. Penyakit pertama adalah kurang konstannya tujuan. Penyakit kedua yaitu pola piker jangka pendek. Penyakit yang ketiga yaitu berkaitan dengan evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja tahunan. Penyakit keempat adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi. Dan penyakit yang kelima menurut Deming adalah manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak.
2.2.2 Joseph
Juran
Dalam merencanakan mutu pendidikan, Joseph Juran
menggunakan pendekatan Manajemen Mutu Management ( Strategic Quality Management
) yang banyak dibicarakan dan di terapan ahir-ahir ini.
SQM ( Strategic Quality Management ), adalah
sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada staf pada
tingkat yang berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu.
Pimpinan lembaga memiliki pandangan strategis tentang organisasi atau lembaga,
wakil pimpinan memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan para guru
memiliki tanggung jawab terhadap kontrol mutu.
SQM ( Strategic Quality Management ), cocok diterapkan
dalam konteks pendidikan sejalan dengan gagasan Consultant at Work oleh
John Miller dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. John Miller berpendapat
bahwa manajemen senior ( Dewan Rektor) perlu menggunakan manajemen mutu
strategis dengan cara menyusun visi, rioritas dan kebijakan universitas.
Joseph Juran memperkenalkan tiga peroses kualitas atau
mutu diantaranya sebagi berikut:
- Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan, menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan meningkatkan kemampuan peroses.
- Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan mengukur kinerja yang sesungguhnya,
- Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari: mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.
Joseph Juran berpendapat bahwa penggunaan
sebuah pendekatan untuk meningkatkan mutu pendidikan harus tahap demi tahap
sebab semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi
tahap.
Menurut Joseph Juran komponen manajemen mutu diatas
secara sistematis menjadi hal-hal dibawah ini:
1. Membangun kesadaran terhadap kebutuhan dan kesempatan untuk pengembangan
2. Menyusun tujuan yang jelas untuk pengembangan
3. Menciptakan susuanan organisasi untuk menjalankan proses pengembangan
4. Menyediakan pelatihan yang sesuai
5. Mengambil pendekatan terhadap penyelesaian masalah
6. Mengidentipikasi dan melaporkan pelaksanaan.
7. Mengetahui keberhasilan.
8. Mengomunikasikan hasil.
9. Melaporkan perubahan dan
10. Mengembangkan peningkatan tahunan pada seluruh proses pendidikan
2. Menyusun tujuan yang jelas untuk pengembangan
3. Menciptakan susuanan organisasi untuk menjalankan proses pengembangan
4. Menyediakan pelatihan yang sesuai
5. Mengambil pendekatan terhadap penyelesaian masalah
6. Mengidentipikasi dan melaporkan pelaksanaan.
7. Mengetahui keberhasilan.
8. Mengomunikasikan hasil.
9. Melaporkan perubahan dan
10. Mengembangkan peningkatan tahunan pada seluruh proses pendidikan
Dalam mengelola mutu pendidikan, hemat penyusun
seorang pimpinan harus memperhatikan komponen-komponen diatas, selain itu harus
mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dilakukan yang berkaitan
dengan perencanaan The Juran Trilogy tentang mutu (Quality Planning),
pengendalian mutu (Quality Control),
dan perbaikan serta peningkatan mutu (Quality Improvement).
Dalam merencanakan mutu pendidikan, Joseph Juran
menggunakan pendekatan Manajemen Mutu Management ( Strategic Quality Management
) yang banyak dibicarakan dan di terapan akhir-akhir ini.
SQM ( Strategic Quality Management ), adalah
sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada staf pada
tingkat yang berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu. Pimpinan
lembaga memiliki pandangan strategis tentang organisasi atau lembaga, wakil
pimpinan memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan para guru memiliki
tanggung jawab terhadap kontrol mutu.
SQM ( Strategic Quality Management ), cocok diterapkan
dalam konteks pendidikan sejalan dengan gagasan Consultant at Work oleh
John Miller dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. John Miller berpendapat
bahwa manajemen senior ( Dewan Rektor) perlu menggunakan manajemen mutu
strategis dengan cara menyusun visi, rioritas dan kebijakan universitas.
Joseph Juran memperkenalkan tiga peroses kualitas atau
mutu diantaranya sebagi berikut:
- Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan, menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan meningkatkan kemampuan peroses.
- Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan mengukur kinerja yang sesungguhnya,
- Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari: mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.
Joseph Juran berpendapat bahwa penggunaan
sebuah pendekatan untuk meningkatkan mutu pendidikan harus tahap demi tahap
sebab semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi
tahap. Menurut Joseph Juran komponen manajemen mutu diatas
secara sistematis menjadi hal-hal dibawah ini:
1. Membangun kesadaran terhadap kebutuhan dan kesempatan
untuk pengembangan
2. Menyusun tujuan yang jelas untuk pengembangan
3. Menciptakan susuanan organisasi untuk menjalankan
proses pengembangan
4. Menyediakan pelatihan yang sesuai
5. Mengambil pendekatan terhadap penyelesaian masalah
6. Mengidentipikasi dan melaporkan pelaksanaan.
7. Mengetahui keberhasilan.
8. Mengomunikasikan hasil.
9. Melaporkan perubahan dan
10. Mengembangkan peningkatan tahunan
pada seluruh proses pendidikan
Dalam mengelola mutu pendidikan, seorang pimpinan
harus memperhatikan komponen-komponen diatas, selain itu harus mengevaluasi
sejauh mana keberhasilan yang telah dilakukan yang berkaitan dengan perencanaan
The Juran Trilogy tentang mutu (Quality Planning), pengendalian
mutu (Quality Control), dan
perbaikan serta peningkatan mutu (Quality Improvement).
2.2.3 Philip B Crosby
Selain W. Edwards Deming dan Joseph Juran ada juga
tokoh mutu yang lainnya Philip B. Crosby. Philip B. Crosby selalu diasosiasikan
dengan dua ide yang sangat menarik dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang
pertama adalah ide bahwa mutu itu gratis
dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan
waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika
institusi memiliki kemauan untuk ini. Ini adalah gagasan ‘tanpa cacat’ yang
kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia
pendidikan.
Dua
ide Philip Crosby yang sangat menarik dan kuat dalam mutu. Yang pertama adalah
bahwa mutu adalah gratis. Terlalu banyak pemborosan dalam sistem saat
mengupayakan mutu. Yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan,
pemborosan, dan penundaan waktu serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa
dihilangkan jika institusi memiliki kemauan itu. Ini adalah gagasan tanpa
cacat yang kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan
dalam dunia pendidikan. Gagasan bahwa peningkatan mutu dapat membantu
organisasi menghilangkan kegagalan, khususnya kegagalan pelajar yang seringkali
diabaikan oleh sebagian besar institusi.
Program
peningkatan mutu Philip Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan
yang paling detail dan praktis, lain halnya dengan W. Edwards Deming
yang cendrung lebih filosofis. Pendekatan Philip Crosby dapat diterapkan
sebagai rencana kegiatan yang sangat praktis. Philip Crosby berperdapat
bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu
yang lebih baik. Penghematan sebuah institusi akan datang dengan sendirinya
ketika institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan benar.
Pemikiran lain Philip Crosby yang utama dan kontroversial tentang mutu adalah
tanpa cacat dalam konteks bisnis akan meningkatkan keuntungan dan dengan
penghematan biaya.
Philip B. Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa
‘tanpa cacat’ adalah sebuah hal yang dapat diwujudkan, meskipun memang sulit.
Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan
yang paling detail dan praktis. Tidak seperti pendekatan Deming yang cenderung
lebih filosofis, pendekatan Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan. Dalam
bukunya, yang berjudul Quality Is Free,
Crosby menguraikan pendapatnya bahwa sebuah langkah sistematis untuk mewujudkan
mutu akan menghasilkan mutu yang baik. Penghematan sebuah institusi akan datang
dengan sendirinya ketika institusi tersebut melakukan segala sesuatunya dengan
benar.
Tanpa cacat adalah kontribusi pemikiran Crosby yang
utama dan controversial tentang mutu. Ide ini adalah sebuah ide yang sangat
kuat. Ide ini adalah komitmen untuk selalu sukses dan menghilangkan kegagalan.
Bagi dia hanya ada satu standar, dan itu adalah kesempurnaan. Gagasannya adalah
pencegahan murni, dan ia yakin bahwa kerja tanpa salah adalah hal yang sangat
mungkin. Teoritikus lain seperti Deming
dan Juran tidak percaya jika hal tersebut merupakan tujuan yang mudah. Mereka
berpendapat bahwa semakin dekat seseorang dengan ‘tanpa cacat’, maka akan
semakin sulit ia menghilangkan kesalahan seperti yang dikemukan oleh Juran
bahwa titik tertentu tahap penyesuaian diri adalah tahap yang dibutuhkan.
Dalam dunia pendidikan metode tanpa cacat menginginkan
agar seluruh pelajar dan murid dapat memperoleh kesuksesan dan mengembangkan
potensi mereka. Tugas peningkatan mutu dalam pendidikan adalah membangun system
dan struktur yang menjamin terwujudnya metode tersebut, memang ada banyak pihak
yang menentang metode tanpa cacat, terutama sekali ujian normative yang
memustahilkan tujuan metode tersebut, dan di samping itu, muncul pandangan
bahwa standard-standar metode tanpa cacat hanya bisa diperoleh setelah melalui
tingkat kegagalan yang tinggi
Cara untuk mencapai mutu dari produk atau jasa, menurut Crosby ada 14
langkah, meliputi:
- Komitmen pada pimpinan. Inisiatif pencapaian mutu pada umumnya oleh pimpinan dan dikomunikasikan sebagai kebijakan secara jelas dan dimengerti oleh seluruh unsure pelaksana lembaga.
- Bentuk tim perbaikan mutu yang bertugas merumuskan dan mengendalikan program peningkatan mutu.
- Buatlah pengukuran mutu, dengan cara tentukan baseline data saat program peningkatan mutu dimulai, dan tentukan standar mutu yang diinginkankan sebagai patokan. Dalam penentuan standard mutu libatkanlah pelanggan agar dapat diketahui harapan dan kebutuhan mereka.
- Menghitung biaya mutu. Setiap mutu dari suatu produk/jasa dihitung termasuk didalamnya antara lain: kalau terjadi pengulangan pekerjaan jika terjadi kesalahan, inspeksi/supervise, dan test/percobaan.
- Membangkitkan kedaran akan mutu bagi setiap orang yang terlibat dalam proses produksi/jasa dalam lembaga.
- Melakukan tindakan perbaikan. Untuk ini perlu metodologi yang sistematis agar tindakan yang dilakukannya cocok dengan penyelesaian masalag yang dihadapi, dan karenanya perlu dibuat suatu seri tugas-tugas tim dalam agenda yang cermat. Selama pelaksanaan sebaiknya dilakukan pertemuan regular agar didapat feed back dari mereka.
- Lakukan perencanaan kerja tanpa cacat (zero defect planning) dari pimpinan sampai pada seluruh staf pelaksana.
- Adakan pelatihan pada tingkat pimpinan (supervisor training) untuk mengetahui peranan mereka masing-masing dalam proses pencapaian mutu, teristimewa bagi pimpinan tingkat menengah. Lebih lanjut juga bagi pimpinan tingkat bawah dan pelaksananya.
- Adakan hari tanpa cacat, untuk menciptakan komitmen dan kesadaran tentang pentingnya pengembangan staf.
- Goal setting. Setiap tim/bagian merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan tepat dan harus dapat diukur keberhasilannya.
- Berusaha menghilangkan penyebab kesalahan. Ini berarti sekaligus melakukan usaha perbaikan. Salah satu dari usaha ini adalah adanya kesempatan staf mengkomunikasikan kepada atasannya mana diantara pekerjaannya yang sulit dilakukan.
- Harus ada pengakuan atas prestasi bukan berupa uang tapi misalnya penghargaan atau sertifikat dan lainnya sejenis.
- Bentuk suatu Komisi Mutu, yang secara profesional akan merencanakan usaha-usaha perbaikan mutu dan menoneter secara berkelanjutan.
- Lakukan berulangkali, karena program mencapai mutu tak pernah akan berakhir.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
. Mutu adalah suatu kebutuhan konsumen
dan kepuasan pelanggan sepenuhnya terhadap suatu barang yang di butuhkan atau
mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap
sebuah produk.
Menurut W Edward Deming masalah mutu
terletak pada masalah manajemen dalam hal ini mutu dihadapkan pada lembaga
pendidikan harus mengukur dari hal-hal yang berkaitan dengan manajemen. Ada 14
poin W Edward Deming yang termasyhur dan merupakan kombinasi baru tentang
manajemen mutu dan seruan terhadap
manajemen untuk merubah pendekatannya.14 poin diungkapkan Philip Crosby dan 3
poin oleh Joseph Juran mengenai kontribusi mereka dalam manajemen mutu.
Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh W Edward Deming, Joseph Juran, dan
Phlip B Crosby tentang kontribusi strategi manajemen mutu pendidikan, pendapat
mereka sangat unik dan menarik untuk diterapkan di dunia pendidikan sekarang
ini. Mereka berpendapat cukup logis.
W Edwors Deming cukup rinci dan sangat jelas,
senada dengan teori yang diungkapkan oleh Joseph Juran, yakni tiga aspek
sebagai Quality Planing, Quality Qontrol dan Quality Improvement,
lebih kuat lagi teori yang di ungkapkan oleh Philip B Crosby Bahwa bekerja
tanpa salah adalah hal yang sangat mungkin, ungkapan ini mendorong untuk selalu
berusaha agar berhati-hati dalam setiap langkah yang meliputi input, seperti
bahan ajar ( kognitif, afektif dan piskomotorik ) metodologi, sarana prasarana
dan sumber daya lainnya. Sedangkan Mutu dalam kontek hasil pendidikan mengacu
pada perestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Rusliana.Ade. 2007.Manajemen Mutu Pendidikan..SmkwiratamaBlogspot
Serero.Syamsudin.2014.Mutu Menurut W
Edward Deming,Joseph Juran Dan Philip Crosby.. Syamsudin Serero Mutu Menurut W Edwards Deming, Joseph Juran
Dan Philip Crosby.Html.
Solehudin.Deni. 2010Total Quality Manajemen Dan Implementasinya
Dalam Pendidikan.. Total Quality Management (Tqm) Dan Implementasinya
Dalam Pendidikan ~ Islamic And Education Articles.Html
Zharkasis,Kamim,Dkk. 2008.Pendekatan Total Qualiti Manajemen Dalam
Pendidikan..Wordpress.Com
No comments:
Post a Comment